Jumat, 23 September 2016

Mendaki "Surganya" Kulonprogo (Part 1)

Selasa, 16 Juli 2016

"Kalau njenengan sudah pernah ke Wonosari (Gunungkidul), jalannya lebih tinggi ke Wonosari itu, mbak. Kalau sini nggak begitu tinggi, sudah aspalan semua."

***

     Pukul 09.00, kami bersiap-siap untuk mengunjungi salah satu tempat ngehits di Jogja, tepatnya di Kabupaten Kulonprogo. Jadi sedari Senin malam, saya nJogja dan menginap di kos teman saya, Dista. Rencana ke Kulonprogo inipun dadakan, anget-anget, gurih-gurih, nyoiii. Cek Instagram, cari-cari tempat asik di Jogja, lalu... Oke! Kita ke tempat ini!

     Setelah mandi dan dandan-dandan manja, pukul 11.00 kami berangkat naik motor dari daerah Monjali. Iya, ini sudah terlalu siang dan sedikit bunuh diri pergi ke tempat tersebut di tengah hari bolong. Tapi semua terkalahkan oleh rasa penasaran. Lha wong tempat ini juga masuk ke wishlist saya. Makhluk planet mana yang mau melewatkan pemandangan hijau perbukitan Menoreh yang terhampar luas? Haram jika tidak dinikmati.





***

     The Jewels of Java, begitu bunyi slogan Kulonprogo yang menyambut kami. FYI, kami berdua tidak tahu jalan sama sekali, jadi bekalnya bismillah kenceng dan tanya orang saja. Memasuki jalanan desa menuju lokasi tersebut, kami mampir di salah satu warung soto untuk sarapan (yang dirapel makan siang). Lumayan lama menunggu datangnya dua mangkok soto. Tapi tidak selama proses perceraian Ahmad Dhani dan Maia Estianti. Mungkin bu'e nandur thokolan dulu. Begitu datang, porsinya dong...jumbo parah! Rasanya? Emm...6 lah.

     Di sepanjang jalan, saya melihat banyak warung yang menjual geblek tempe. Pun dengan warung soto yang kami datangi ini. Geblek tempe merupakan makanan khas Kulonprogo. Saya penasaran seperti apa wujud geblek tempe, tapi sayangnya si ibu soto (pemilik warung soto) sedang tidak membuat penganan tersebut. Geblek sendiri terbuat dari tepung...emm...tepung...saya lupa penjelasan si ibu soto. Pokmen sekilas yang saya tangkap, geblek itu semacam cireng. Tapi untuk perkara rasa, saya kurang tahu. Nah, dinamakan geblek tempe karena geblek tadi disajikan hangat-hangat bersama tempe benguk. Hmm...sepertinya enak karena saya penyuka tempe benguk, apalagi keripik tempe benguk khas Wonogiri. Juarak! Kelar makan, kami melanjutkan perjalanan yang bau-baunya sudah dekat dengan lokasi yang akan kami tuju.

"Kalibiru masih jauh, Bu?" tanya saya kepada si ibu soto.
"Ndak, Mbak. Sudah deket kok," jawab si ibu.
"Jalannya nanjak banget nggak, Bu? Sudah bagus?" saya kembali bertanya.
"Kalau njenengan sudah pernah ke Wonosari (Gunungkidul), jalannya lebih tinggi ke Wonosari itu, mbak. Kalau sini nggak begitu tinggi, sudah aspalan semua," jelas si ibu.

***

     Ya...Wisata Alam Kalibiru, salah satu lokasi wisata di Kulonprogo yang beberapa waktu belakangan lagi in banget. Saya kan anaknya telat gawl, jadi baru sempat sekarang ini menyambangi. Biasanya saya agak malas kalau ke tempat-tempat mainstream, karena sudah pasti ramai. Cuma berhubung kami perginya di hari kerja, jadi ya ayo-ayo saja. Seperti yang saya bilang tadi, rasa penasaranlah yang membawa kami "mendaki" jalanan Desa Hargowilis, Kecamatan Kokap, Kabupaten Kulonprogo, DIY, lokasi Wisata Alam Kalibiru (kepanjangan, selanjutnya akan saya sebut "Kalibiru" saja) berada.




     Kata-kata si ibu soto tadi cukup ngayem-ngayem, karena kami benar-benar tidak tahu medan jalannya seperti apa. Menurut saya pun, jalanan Wonosari tidak begitu tinggi. Jadi kalau ke Kalibiru aman lah, pikir kami. Tidak terlalu jauh, terlihat papan petunjuk arah bertuliskan Kalibiru dan ada seorang petugas yang berjaga di pinggir jalan. Kami pun mengikuti jalan sesuai arahan papan tersebut. Dan kalian tahu? Jalanannya nanjak parah! Dista yang bawa motor dan harus membawa "sekarung dosa" di jok belakang. 

     Bu'...ibu'...katanya nggak lebih tinggi dari Wonosari, Bu'? Lah ini mah tanjakannya kagak santai banget, bosque! Untungnya, lokasi Kalibiru tidak terlalu jauh dari jalan masuk tadi. Sekitar 10-15 menit (kalau tidak salah), kami sudah sampai di lokasi parkir Kalibiru. Saya sarankan, cari tempat parkir dibawah saja, karena lebih aman. Kalau parkir diatas, jalanannya terlalu menanjak. Pintar-pintarnya di sopir juga sih. Setelah memarkir motor, kami masih harus berjalan "mendaki" tanjakan yang super bikin usus terburai. 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar