Minggu, 01 Mei 2016

Telaga Warna dan Telaga Pengilon

(2)
Minggu, 20 April 2014

     Sekitar pukul 11.00, kami sampai di Telaga Warna dan Telaga Pengilon. Suasana sudah ramai sekali. Banyak kendaraan plat luar kota yang memenuhi parkiran Telaga Warna dan Telaga Pengilon. Sebelum masuk ke lokasi, kami memutuskan untuk makan siang sekalian, karena ada yang belum sarapan juga. Dibongkarlah bekal makan yang dibawa dari rumah. Biasa, totalitas cah piknik. Pukul 11.00 sudah makan siang itu termasuk rolasan ndak ya? Lewat dalan munggah-mudhun yo butuh tenaga.

     Sesudah membantai habis bekal makan, kami lalu masuk ke lokasi Telaga Warna dan Telaga Pengilon. Tiket masuk Telaga Warna dan Telaga Pengilon ini hanya dihargai DUA RIBU RUPIAH SAJA!  Hajarlah. Ketika kami sampai, cuaca memang sudah agak mendung. Tidak lucu dong, baru sampai ujug-ujug turun hujan. Celana dalem model seperti apa yang mempan untuk menghalau hujan? 





      Masuk ke lokasi, kami disambut hamparan air luas berwarna biru semi toska. Ya...itulah Telaga Warna. Sekejap saya terpesona dengan kecantikan telaga ini. Apalagi suasana di sekitar juga mengasyikkan. Pepohonan yang rindang menambah kesejukan Telaga Warna. Suasana tenang dan alami pun bisa saya dapatkan dari tempat ini. Bau belerang juga tidak begitu menyengat. Sayangnya, sudah terlalu ramai pengunjung. Coba datangnya sedikit lebih pagi atau bukan di akhir pekan, pasti lebih tenang lagi suasananya. 




     Hal yang menarik dari Telaga Warna tentu saja mengenai asal-usulnya. Kenapa dinamakan Telaga Warna? Katanya, air telaga ini bisa berubah warna. Terkadang berwarna hijau dan kuning, biru dan kuning, bahkan berwarna-warni seperti pelangi. Tapi saya melihatnya hanya biru agak ketoska-toskaan (ketoska-toskaan???). Perubahan warna tergantung pada cuaca, waktu, dan tempat melihatnya. Konon, berubahnya warna air telaga tersebut dikarenakan pada jaman dulu ada cincin sakti milik seorang bangsawan setempat yang jatuh ke dasar telaga. Njuk bar kuwi piye, aku yo ora mudheng. Tetapi kalau ditilik secara ilmiah (azegh), perubahan warna air telaga ini terjadi karena terdapat kandungan sulfur yang tinggi di dalam airnya. Maka dari itu, jika terkena sinar matahari, air akan nampak berwarna-warni. Aja takon prosese, aku yo ora mudheng. Wis, ngono







Ini waktu hujan sudah mulai turun. Harusnya fotonya dibawah sih, ah sudahlah.


Kucel amat, mbak? Habis nguli dimana sih?

     Pertama kali yang saya cari di Telaga Warna adalah "ikonnya", yaitu satu batang pohon yang menjorok ke tengah telaga. Tidak terlalu di tengah-tengah juga sih. Maunya tengah banget atau tidak? Banyaknya pengunjung yang tidak mau melewatkan kesempatan untuk berfoto disitu, membuat pengunjung yang lain harus sabar mengantre. Biar berasa khatam ke Telaga Warna-nya. Yawislah, ketimbang nunggu lama, mari kita jalan-jalan saja. Lokasi Telaga Warna dan Telaga Pengilon ini cukup luas. Tapi jangan khawatir tersesat, karena sudah banyak papan penunjuk yang terpasang. Di dekat pintu masuk juga terpampang peta Telaga Warna dan Telaga Pengilon. Memangnya ada apa saja disini sampai dipasang peta segala? Banyak! Selain melihat panorama Telaga Warna dan Telaga Pengilon, kalian juga bisa mengunjungi goa-goa yang terdapat di lokasi, seperti Goa Semar, Goa Jaran, Goa Pengantin, terus apa lagi saya lupa. 


Sudah ada peta, kalau masih tersesat sangatlah ngisin-ngisini (saya banget itu).

Papan petunjuk arah di lokasi Telaga Warna dan Telaga Pengilon





Nyari apa, Pak? Cethul nggak ada disitu.

     Sebelum masuk ke "hutannya", kami sempat melewati area rerumputan yang lumayan luas. Cakep! Untuk berjalan-jalan di sekitar Telaga Warna dan Telaga Pengilon ini enak, karena sudah ada fasilitas jalan setapak yang memudahkan pengunjung. Masuk ke area dengan pepohonan lebat yang saya sebut dengan "hutan", saya merasa tenang. Bukan berlebihan, tapi memang suasananya tenang dan sejuk sekali. Kalau orang Jawa bilang, idhum. Di sini pula terdapat beberapa goa yang bisa kalian datangi, beserta dengan cerita-cerita legenda yang menyertainya. 




     Setelah jalan-jalan santai susur "hutan", kami berniat untuk ke Telaga Pengilon. Letaknya di samping Telaga Warna. Dalam bahasa Jawa, pengilon artinya cermin. Jadi air di Telaga Pengilon ini (katanya) sangat bening, sehingga bisa digunakan untuk bercermin. Telaga Pengilon adalah tempat untuk melakukan introspeksi diri dan untuk melihat kedalam lubuk hati terdalam seorang manusia. Paling tidak itulah keyakinan yang berkembang dan dipercaya sampai sekarang. Dengan bercermin di Telaga Pengilon, kita akan melihat kecantikan atau keelokan wajah kita apabila kita memiliki hati yang bersih. Namun sebaliknya, apabila kita belum memiliki hati yang bersih, maka pantulan dari air tersebut akan menunjukkan wajah yang kurang elok atau cantik. (Sumber)

     Boleh percaya atau tidak, tapi iseng mencoba seru juga. Mari kita kesana! Baru asyik berjalan untuk menuju Telaga Pengilon, tiba-tiba gerimis turun. Makin lama makin deras. Karena tidak kunjung reda, maka kami memutuskan untuk cabut dan menuju ke lokasi selanjutnya. Masih ada 3 lokasi lagi, kalau menunggu hujan reda, takut tidak keburu waktunya. Padahal saya penasaran pengin mencoba ngaca di Telaga Pengilon. Barangkali ketika saya lagi ngaca, eh...ternyata mirip Raisa atau Dian Sastro.

Ada yang mau ke Kawah Sikidang? Monggo ikut saya kesini
Terimakasih.
Ketjoep!

Tidak ada komentar:

Posting Komentar