Selasa, 31 Mei 2016

Jogja Rasa Bali

(2)
Kamis, 1 Mei 2014

     Kalau ingin ke pantai dengan suasana yang berbeda dengan pantai-pantai lain di Gunungkidul, pilihan yang tepat jika kalian mengunjungi Pantai Ngobaran. Pantai ini sangat sangat sangat ngehits di kalangan traveler karena keunikannya. Tidak mengherankan sewaktu kami sampai, sudah banyak sekali pengunjung yang memadati pantai ini. Sik...sik...terus yang dimaksud "Pantai Triple N" kuwi apa? Jadi, Pantai Ngobaran diapit oleh dua pantai, yaitu Pantai Nguyahan dan Pantai Ngrenehan. Sama-sama memiliki huruf depan "N", so saya menyebutnya "Pantai Triple N" (Ngobaran, Nguyahan, Ngrenehan). Iya. Gitu. Ketika kalian berkunjung ke Pantai Ngobaran, afdolnya ke Pantai Nguyahan dan Pantai Ngrenehan pula. Jangan khawatir, lokasinya berdekatan kok. Sedekat aku dan calon suami...temanku. 

     Lalu, apa yang membuat orang-orang tertarik berkunjung ke Pantai Ngobaran? Dimana keunikannya? Adanya pura, bangunan seperti candi, patung-patung, dan ornamen batu-batuan lainnya, seakan membuat pengunjung dibawa ke suasana Pulau Dewata. Cocok untuk saya yang minim budget, tapi ingin mengobati rindu akan Bali beserta bule-bule gantengnya. Coba ditambah dengan iringan gending ala-ala Bali. Ah, rindu Bali...



Sumber: https://www.brilio.net/news/pantai-ngobaran-sentuhan-nuansa-bali-di-gunungkidul--1508037.html

     Cerita mengenai asal-usul Pantai Ngobaran pun sepertinya juga menarik untuk disimak, meskipun masih diragukan kebenarannya oleh para sejarawan. Konon, Pantai Ngobaran dipercaya sebagai tempat pelarian terakhir keluarga Kerajaan Majapahit yang bersembunyi dari kejaran bala tentara Kerajaan Demak. Untuk menghindari serangan dari Kerajaan Demak yang waktu itu dipimpin oleh Raden Patah, putra Raja Brawijaya dari Kerajaan Majapahit, mereka memilih untuk meninggalkan kerajaan demi menghindari peperangan dengan anaknya sendiri. Dari Trowulan yang berada di Jawa Timur, rombongan keluarga Majapahit yang juga diikuti para selir dari negeri Campa, lari menuju pesisir selatan Jawa dan terus bergerak menuju ke arah barat menyusuri daerah sepanjang pantai. Perjalanan Brawijaya dan anaknya yang bernama Bondan Kejawan, berakhir di Pantai Ngobaran. Di puncak bukit Pantai Ngobaran, Raja Brawijaya mengelabui bala tentara Demak yang mengejarnya dengan melakukan laku pati obong, yaitu dengan seolah-olah membakar dirinya sendiri. Ketika melihat kobaran api di puncak bukit, maka pasukan Demak mengira bahwa Raja Brawijaya sudah wafat dengan cara membakar diri, lalu mereka menghentikan pengejaran. Pantai dimana pasukan Demak melihat kobaran api tersebut dinamakan Pantai Ngobaran, yang berasal dari kata kobaran. Puncak bukit yang dipercaya sebagai petilasan lokasi pati obong tadi, kini dibangun sebuah pesanggrahan bagi aliran kepercayaan Kejawan, mengambil nama dari putra Raja Brawijaya yang ikut bersama-sama dalam pelarian, yaitu Bondan Kejawan. Pesanggrahan ini dibangun dengan gaya arsitektur Hindu dan Budha dengan hiasan berbagai patung-patung tokoh pewayangan serta dewa-dewa dalam agama Hindu. (Sumber)

     Bagi yang ingin bermain air, bisa menuruni anak tangga di Pantai Ngobaran ini. Tapi sepertinya kurang nyaman untuk dipakai keceh. Kalau air sedang surut, kalian bisa melihat hamparan rumput laut berwarna hijau. Ada yang menyarankan waktu terbaik untuk datang ke Pantai Ngobaran adalah ketika menjelang senja. Jika beruntung, kalian bisa mendapatkan pendar senja yang luar biasa di pantai ini. Berfoto di spot-spot asik Pantai Ngobaran pun pantang untuk dilewatkan. Terlihat dari banyaknya pengunjung yang seolah "mengantre" untuk mendapatkan foto yang instagram-able dengan background "ke-Bali-an"  ala Pantai Ngobaran. Iya, mengantre. Pengunjungnya buanyak buanget, mulai dari ala-ala traveler gembel macam kami sampai ala-ala sosialita, ada semua. 






Saking banyaknya pengunjung, kami cuma bisa foto nyempil-nyempil begini. 

     Karena kondisi yang ramai itu, kami memutuskan untuk melipir saja ke tebingnya, sembari cari angin. Untuk naik ke atas tebing, kami menapaki entah berapa puluh anak tangga terlebih dahulu. Tidak begitu tinggi, hanya harus hati-hati. Di sisi kanan dan kiri anak tangga dipenuhi tanaman yang lancip-lancip gitu. Kegores dikit, lumayan bikin lecet dan perih. Saya, korbannya. Petakilan sih. Oiya, di atas tebing ada sebuah bangunan yang saya tidak tahu itu bangunan apa karena pintunya tertutup. Apa itu pesanggrahan yang dipakai Raja Brawijaya untuk laku pati obong? Ada yang bisa kasih info ke saya?




Rambut lepek-lepek manja adalah bakat.

Rida

Amer

Sekar

One...

Two...

Doooorrrr!

     Sesudah menikmati view cantik dari atas tebing -tapi gagal ngadem karena tidak ada angin sama sekali-, kami turun untuk menuju pantai selanjutnya. Cukup berjalan kaki saja mengikuti jalanan setapak menurun yang berada di samping tebing. Monggo, menengok Pantai Nguyahan.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar