Minggu, 12 Juni 2016

Ber-Sabtu Malam-an di Sadranan (Part 1)

Sabtu, 20 September 2014




     Sabtu malam? Iya, karena saya sedang tidak bersama pacar. Kalau sama pacar, judulnya malam minggu. Iya, gitu. Sabtu malam ini, saya dan teman-teman menghabiskan waktu dengan kemping di pantai. Ini kemping pertama saya di pantai, btw. Paling banter kemah persami pas jaman SMP dan SMA, itupun cuma di lapangan atau halaman sekolah. Meski cuma di sekolahan, tapi cukup horor juga karena ada yang kesurupan. Terus, ente mau cerita kesurupan atau kemping di pantai, Tik?

     Jadi saya, Amer, Very, Sugeng, dan Yuli memutuskan untuk memilih Pantai Sadranan menjadi lokasi kemping kali ini. Sebenarnya ada Sekar juga, tapi mendadak di hari H dia tidak bisa ikut. Belum sedia bikini, katanya. Kami berlima berangkat dari Solo sekitar pukul 13.30 dan tiba di lokasi sekitar pukul 17.00. Kok lama? Ya karena mampir-mampir dulu. Setelah mencari tempat yang sekiranya aman dan nyaman, kami langsung mendirikan tenda. Emm...tidak, tidak, saya tidak ikutan. Biar menjadi urusan mereka-mereka, karena saya cupu parah kalau perkara tenda-tendaan.

     Petang hampir tiba, saya pun tidak sabar untuk melihat pendar senja. Salah satu tujuan saya kemping adalah untuk menikmati senja di pantai. Dan...keberuntungan belum memihak saya. Mendung menghalangi senja menyapa. Yasudah, masih ada sunrise esok hari. Begitu batin saya untuk ngayem-ayem diri sendiri.

     Malam menjelang, makin banyak pula yang datang ke Pantai Sadranan untuk kemping. Salah tempat ini sepertinya. Kemping kan lebih asyik kalau sepi nggih? Karena kebetulan malam Minggu, eh...Sabtu malam juga, jadi banyak sekali yang numpang tidur di pantai yang terletak di Kecamatan Tepus, Kabupaten Gunungkidul ini. Belum lagi banyak rombongan keluarga yang datang untuk bermalam di penginapan sekitar pantai. Ruamene ra umum, dab!



Ini bukan ritual pemujaan setan ya...


     Kami mulai membedah logistik masing-masing dan menyiapkan makan malam yang mewah. Mewah? Memangnya bawa apa saja? The one and only, Indomie! Kami sangu nasi kucing juga. Lah mewah dari mana? Mewah bukan perkara makanannya apa, tapi makannya sama siapa (cieeee gitu). Makan sesederhana apapun, kalau bareng-bareng teman, akan terasa istimewa (cieeee lagi gitu).





Photo by: Amer

     Beres makan, kami hanya berbincang-bincang random hingga malam mulai larut. Sangat mengasyikkan, tidur beralas pasir dan beratap langit dengan sapuan bintang yang muncul malu-malu. Tak lupa, acara bakar jagung juga mengisi malam kami. Jagung crispy rasa wijen (baca: pasir pantai) menjadi menu santap yang hmmmmm...



Photo by: Amer

     Dini hari, saya, Amer, dan Yuli menyempatkan untuk jalan-jalan susur pantai. Widih, banyak uga yang kemping. Ada yang kemping iseng-iseng seperti kami, ada yang kemping untuk mengikuti acara kampus, ada pula dari komunitas yang ngecamp sebagai agenda rutin mereka. Nah, sewaktu jalan, ada dua mas-mas dari komunitas vespa Jogja yang menghampiri kami. Kebetulan mereka ngecamp juga. Jadilah kami ngobrol ngalor-ngidul, sharing segala hal. Dari mas-mase itu, saya juga tahu kalau layangan bisa digunakan sebagai drone. Mosok sih? Eh, mas-mase namanya siapa? Embuh, saya lupa.

     Pukul 03.00, kami balik ke tenda karena udara makin dingin dan perut meronta-ronta minta diisi adek, eh... minta diisi makan. Di tenda, Sugeng masih asyik gitaran sendiri. Very? Wis tekan Selat Gibraltar. Lupakan Very, mari bikin Indomie. Kami tidak punya ide untuk bawa bekal apa lagi selain Indomie. Terlebih ingin yang simpel-simpel saja. Kelar makan, kami tidur sebentar sebelum melihat sunrise. Dan.. FAIL! Kami baru bangun setelah sinar matahari menyelinap di sela-sela tenda. Ah! Sunset gagal, sunrise luput dari genggaman. Mungkin ini pertanda kalau suatu hari kami disuruh kembali lagi. Mungkin gitu. Iya. Mungkin.


Muka-muka bangun kesiangan kagak dapet sunrise

Tidak ada komentar:

Posting Komentar