Senin, 25 April 2016

Piknik ke Portugal?

(1)
Minggu, 9 Februari 2014


PORTUGAL!
   

     
Sekitar pukul 05.30, saya dan keluarga sudah dijemput kakak sepupu untuk dolan bareng. Iya, kami mau ke Portugal! PORTUGAL! Saya selalu suka perjalanan di pagi hari, karena udara masih seger dan tidak macet. Perjalanan dari rumah (Jaten, Karanganyar) ke "Portugal" hanya memakan waktu kira-kira 3,5 jam, itu versi nenek-nenek naik otopet. Kalau versi Rossi mah kurang dari 3 jam juga sudah sampai. Tunggu...mau kemana sih? Portugal? Kok dekat amat? Kalau tahu dekat gitu, tiap subuh saya ngapel CR7!


     Setelah berjibaku (berjibakuuuu) dengan jalanan gunung yang berkelak-kelok, naik-turun, senggol kanan, senggol kiri, senggol bacok, sampailah kami di pos retribusi untuk masuk ke "Portugal". Untuk tiket retribusi, tarifnya sukarela, tapi ya jangan terus minta gratis. Setelah urusan bayar-membayar kelar, kami langsung tancap gas. Laaaahhh! Jalannya masih jalan bebatuan ternyata. Dengan kondisi jalan berbatu dan tidak terlalu lebar, maka kalau ada 2 mobil yang berpapasan, salah satu harus mengalah terlebih dahulu. Apesnya, kami bawa "mobil pendek", sehingga beberapa kali bagian bawahnya terbentur batu. Untung tidak sampai temangsang di tengah jalan. Kondisi jalan seperti itu harus kami tempuh selama kurang lebih 2km. Tidak masalah, demi ke "Portugal"

(INI SEBENARNYA MAU KE PORTUGAL MANA SIH, KAAAKKK???)

***

     Hari sudah lumayan siang, ketika kami sampai di lokasi. Widih...ramai juga tempatnya, kirain masih sepi. Maksudnya, masih belum banyak orang tahu tempat ini. Ternyata saya salah. Adek ndak suka rame-rame. Ha-u-ef-te. Tapi "kekecewaan" saya sedikit menghilang ketika mendengar merdu suara ombak. Ya...nyanyian alam yang tidak pernah gagal membuat saya merindu. Saya sudah lama sekali tidak ke pantai. Terakhir mungkin pas jaman Fir'aun masih umbelen. Jadi begitu lihat ombak, kampungannya tak ketulungan.  

(WHAT??? Kamu ke pantainya Portugal, kak? Ngapain? Lihat CR7 berjemur? Mawwwww! Etapi, saya maunya lihat CR7 kayak yang di cover Vogue. Dah...jatahmu lihat CJ7 aja!)




     Selamat datang di "Portugal" alias POK TUNGGAL! Bwek! Portugal adalah plesetan nama dari Pok Tunggal. Garing ya? Oke, saya fail. Ah, yoben. Pantai Pok Tunggal adalah salah satu dari beribu pantai cantik di Gunungkidul. Letaknya berada di timur Pantai Indrayanti. Ada satu ciri khas dari pantai yang berlokasi di Desa Tepus, Kecamatan Tepus, Kabupaten Gunungkidul, Yogyakarta ini, yaitu sebatang pohon duras. Pohon itu pula yang menjadi ikon dari pantai ini. Karena pohon duras tersebut hanya tumbuh sebatang kara alias satu buah saja (buah atau batang? Batang atau buah?), jadilah pantai ini dinamakan Pantai Pok Tunggal. 

     Begitu sampai, perhatian saya langsung tertuju ke tebing di sisi kiri pantai. Berjalanlah saya menuju ke kesana. Tangga untuk naik ke tebingnya masih berupa tanah dan bebatuan. Cukup menantang. Kepleset dikit, kelar dah. Jalan kecil diatas pun terbuat dari bambu dengan lebar yang hanya cukup dilewati satu orang saja. Konsentrasi terbagi antara fokus ke langkah kaki dan kepala, karena di sisi kiri ada dinding tebing yang agak menjorok. So, harus hati-hati. Dan saya bawa kedua orangtua saya. Anak macam apa orangtua diajak lewat jalan beginian?


Ini jalan dari bambu yang saya maksud. Lihat bawahnya dong. 


View di sisi kiri tebing Pantai Pok Tunggal. Sepertinya ada pantai tersembunyi.


     Di atas tebing, ternyata ada loket masuknya juga, dimana kalian harus membayar secara sukarela. Saya baru tahu, naik ke tebing pantai musti bayar. Sepertinya di Pantai Pok Tunggal ini semuanya serba sukarela. Tarif retribusi sukarela, masuk tebing sukarela, tapi ada yang sukarela jadi jodoh saya tidak ya? 

    Menikmati pantai memang afdolnya dari atas tebing. Di tebing Pantai Pok Tunggal ini disediakan beberapa gazebo yang bisa dimanfaatkan untuk bersantai. Kalian bisa menyewa gazebo-gazebo ini. Bayarnya sukarela juga? Lah gazebonya embahmu apa?! Bayarlah Rp 20.000, maka 1 gazebo bisa kamu gunakan sepuasnya. Memang sangat mengasyikkan, berleha-leha di gazebo sembari memandang laut lepas. Sungguh mengasyikkan. Apalagi kalau ditemani pacar. Pacar orang. 


Yang ini juga lagi pacaran. Dude Harlino -Alyssa Soebandono.











Mbak, tolong lengannya dikondisikan.



     Btw, kok saya tidak merasakan semilir angin pantai sama sekali ya? Di atas tebing yang harusnya sepoi-sepoi, malah terasa sumuk sekali. Why? Why? Why? Karena tidak tahan sama sumuknya, begitu sudah puas menikmati view dari atas tebing, kami pun turun menuju ke pantai, dengan harapan bisa merasakan sedikit semilir angin surga. Di bawah, ponakan-ponakan sudah pada asyik main air dan yang lainnya sudah leyeh-leyeh manis di bawah payung pelangi (payung warna-warni itu lho). Untuk menyewa 1 payung beserta alasnya, kalian juga harus merogoh kocek Rp 20.000. Mau berteduh di bawah payung sekalipun, kalau tidak ada semilir angin pantai, ya padha bae! Kami semua merasa sangat sangat sangat sumuk. Dan kebetulan saya pakai baju berbahan sifon, yang mana bahannya bangke panas gilak! Salah-kostum. Sip. 


Payung pelangi, di bawah panas siang ku berlindung...

Ponakan-ponakan saya, Bella dan Sekar lagi sama nanny-nya




     Pantai Pok Tunggal memiliki garis pantai yang lumayan panjang. Pasir pantainya sendiri berwarna putih, khas pantai-pantai Gunungkidul. Saya suka pantai dengan pasir putih, kelihatan cantik. Ya meskipun tidak seputih pasir Pantai Ngurbloat, Maluku Tenggara, yang denger-denger "dinobatkan" sebagai pantai dengan pasir putih paling halus di dunia (baca ini). Untuk yang suka ke pantai dengan fasilitas komplit, Pantai Pok Tunggal bisa dijadikan salah satu destinasi liburan kalian. Toilet ada, warung makan ada, tempat parkir cukup memadai, yang dagang celana atau kaos (just in case kalian tidak membawa baju ganti) ada, yang tidak betah panas ada yang dagang topi, bahkan yang dagang beha pun juga ada! Kurang komplit bagaimana lagi? Kalau mushola, saya kurang tahu, karena kami cari masjid di jalan. Untuk menu dan harga makanan di warung makannya, saya juga kurang tahu, karena kami bawa bekal makan sendiri dari rumah. Totalitas cah piknik. Ohya, Pantai Pok Tunggal ini hanya bisa diakses motor dan mobil. Untuk bus besar belum bisa. So, jangan mengharap kalian bakal ketemu rombongan adek-adek gemesh yang lagi study tour

     Jujur, saya kurang suka dengan pantai yang sudah ramai begini. Pengunjung Pantai Pok Tunggal memang lagi banyak-banyaknya, karena ngepasi hari Minggu. Mungkin dengan lokasi yang bertetangga dengan Pantai Indrayanti, membuat Pantai Pok Tunggal ketularan tenar juga. Tapi saya akui, Pantai Pok Tunggal punya daya tarik. Pantai ini cantik. Bahkan katanya, senja di sini sungguh aduhai. Saya pun sering lihat foto-foto senja Pantai Pok Tunggal di internet. Semoga bukan tipu-tipu. Lalu saya membatin, saya harus ke sini lagi ketika suasana sepi untuk membuktikan keeksotisan senjanya. Ada yang mau ngajak saya sunset-an?


Gambar diambil dari http://www.wisata.gunungkidulkab.go.id/pantai-pok-tunggal/

     Makan sudah kelar, beberes juga kelar, yang santai-santai sudah puas, ponakan-ponakan sudah pada mandi, kami pun cabut untuk menuju ke "Pantai Sejuta Umat". Pantai ini lokasinya berada di barat Pantai Pok Tunggal. Deket kok. Kalau akses jalan ke Pantai Pok Tunggal ini bagus, jarak antara Pantai Pok Tunggal dengan "Pantai Sejuta Umat" mungkin bisa ditempuh dalam waktu kira-kira 5-10 menit. Berhubung kondisi jalannya "offroad banget", jadi agak lama dikit untuk sampai ke "Pantai Sejuta Umat"

(PANTAI SEJUTA UMAT ITU APAAAAA????!!!) 

Tadi sudah saya kasih clue-nya kok. Monggo kesini  saja. 


Maturnuwun, Pok Tunggal. Tunggu saya balik lagi ya. 

Terimakasih.
Ketjoep!

Tidak ada komentar:

Posting Komentar